Nasi Lemak, ransel, jaket, coca cola, dan saya di food court KLIA2. Foto oleh ECHI |
"Bisa ngelepasin sabuk pengamannya nggak? Sini saya bantu", kata mas-mas paruh baya yang duduk di sebelah saya
OMOOO.. OMOOO ...OMOOO... Jinjjaaa yooooooo .... *saya nggak ngerti kata ini artinya apaan*
Padahal sudah sangat berhati-hati buat nggak ngelakuin hal yang malu-maluin, bersikap kalem, dan nggak panik, tapi tetep aja yee ada hal yang bikin malu mulu. Mungkin, ini efek solo backpacking buat pertama kali. Jadi, tabiat norak saya muncul secara otomatis. Gomawooo oppaaa.
Yes, ini adalah penerbangan perdana saya seorang diri. Pesawat AirAsia dengan nomor penerbangan AK 387 mendarat dengan cantik pukul 11.30 malam waktu Kuala Lumpur. Tapi, tidak dengan saya. Kejadian memalukan nggak bisa membuka sabuk pengaman sedikit merusak pengalaman pertama solo backpacking. Maluuu mak..
Ah sudahlah, saya tetap berusaha cool sambil melangkah mantap menuju bandara KLIA2. Menurut web resmi KLIA2, kamu cukup jalan lurus terus sambil cari tulisan balai ketibaan. Capek, lusuh, ngantuk, tapi tetap melangkah dengan semangat karena akhirnya bisa jalan sendirian untuk pertama kalinya.
Sudah larut malem ternyata, bandara KLIA2 terlihat lengang. Counter-counter sudah pada tutup. Penumpang yang sedang transit terlihat tertidur pulas. Namun, masih ada beberapa di antara mereka yang mondar-mandir cari lapak tidur seperti saya.
Ternyata, jalan kaki dari pintu pesawat menuju balai ketibaan KLIA2 jauh juga. Kita harus berjalan kurang lebih selama 30 menit! Belum lagi beban ransel 45 liter yang cukup bikin punggung pegel-pegel.
Adek lelah bang ....
Hal pertama yang saya lakukan setibanya di balai ketibaan adalah mencari lapak tidur dan makan. Menurut review yang saya baca, food court di M3 KLIA2 jadi tempat paling favorit buat menyandarkan tubuh. Katanya sih, sofa di Burger King yang jadi idola. Empuk, itu yang jadi alasannya.
Tapi bagi saya, sofa panjang milik Burger King kurang lebar buat ditiduri. Bukan karena tubuh saya yang besar, tapi bisa repot kalau tiba-tiba saya salto atau bahkan tidur sambil kayang. Lebih baik tidur di atas karpet di bawah bangku tunggu yang ada di M2. Anget dan bisa bebas bergerak sepanjang malam. Hahahahaak..
Nah, karena lapar dan belum makan nasi seharian. Saya memutuskan mencari sesuap nasi dan segelas cola. Mau cari sebongkah berlian, mahal. *KRIKK.. KRIIKK..KRIIKKK* Sorry, garing is my middle name.
Okay, satu porsi Nasi Lemak di resto milik mamak India jadi pilihan. Harganya 16 RM atau sekitar 38 ribu rupiah. Menurut saya ini mahal. Iya sih, dapet nasi, sayur, paha ayam, dan telor rebus satu butir. Tapi, nggak enaaakkk.. huhuhu.. enakan juga Nasi Padang Rajo Bungsu deket kost saya. Tapi mau gimana lagi, hidup di perantauan jauh dari makanan enak dan murah, bisa apa coba selain menerima apa adanya?
Sudah kenyang, saya bergegas cari toilet buat bersih-bersih muka dan lainnya. Di sebelah mini market KK, ada shower room yang bisa dipake buat mandi. Tapi, hmmm.. saya malas mandi. Akhirnya ya udah Cuma ritual basahin muka dan bagian lainnya. Hehhehe..
Sempet kepikiran bermalam di restoran nasi lemak punya mamak-mamak itu. Karena sofanya yang empuk dan lebar. Tapi, sudah jam 2 dini hari dan mereka masih belum juga tutup. Lalu, muka serem mereka bikin takut.
Ya sudah, saya turun satu lantai menuju ruang tunggu. Di sana sudah banyak banget orang yang tidur. Awalnya agak kaku sih buat tiduran di atas karpet gitu. Karena banyak orang yang melakukan hal yang sama dan keliatan enjoy, bodo amat lah, saya pun tidur beralaskan karpet berselimut scarf.
Asli, masih merasa was-was. Nggak nyaman. Mungkin karena ini pertama kalinya dan sendirian pula, jadi masih ada takut kalau ada orang jahat ambil barang saya. Sepanjang malam, saya tidur dengan memeluk ransel. Nggak ada kamu eh ransel pun jadi. Hehehehe
AC di KLIA2 lumayan dingin. Jadi, kalau Kamu mau bermalem di sana, ada baiknya bawa selimut atau semacam scarf yang tebel. Jaket doang kurang anget. Enaknya bermalam di KLIA2 itu, ada wifi gratis dan lumayan kenceng. Lumayan masih bisa update "lagi di KLIA2 nih" *Noraaaaaak*
Kalau diitung-itung, sepertinya saya cuma tidur selama 2 jam doang. Karena pagi-pagi banget, sekitar pukul ½ 5 subuh, saya beres-beres buat persiapan check in penerbangan selanjutnya ke Phnom Penh. Oiya, saya juga mampir sholat di mushola. Tapi, begonya, nggak memperhitungkan jam sholat subuh di Malaysia yang beda dengan Indonesia. Padahal, sholat Subuh di Malaysia itu kan jam 6. Duhh…
Komentar
Posting Komentar